Balada Syekh Puji dan Ulfa
https://www.shidiqweddingcard.com/2009/03/balada-syekh-puji-dan-ulfa.htmlshidiq weddingcard- kartu Undangan pernikahan
Iigh…kecil-kecil kok jadi manten? Apa bisa ngurus rumah tangga, sekolah aja baru lulus SD, usia aja masih 12! Apa bisa? Gitu deh respon publik pas denger dan liat fenomena pernikahan Luthfiana Ulfa yang baru berusia 12 tahun dengan Syekh Puji, seorang pengusaha kaya asal Semarang. Jadi inget sinetron “Kecil-Kecil Jadi Manten”-nya Rohaye yang gokil abis itu dan pernah ditayangin di salah satu tv swasta beberapa taon yang lalu. Taon jebot lah!
By the way, kebayang nggak sih merit di usia 12 tahun? Hm... apalagi Ulfa ternyata dianggap menikah di bawah umur dan katanya nih melanggar Undang-Undang Perkawinan di negeri ini. Duuuh... asal deh ah!
Ada apa dengan Ulfa?
Kalo beraninya cuma berandai-andai, beda nih ama Ulfa, demikian panggilan akrab dari Lutfiana Ulfa, gadis cilik berusia 12 tahun asal desa Bedono-Semarang. Ia berani menerima pinangan Syekh Puji yang berusia 43 tahun dan status mereka hingga kini masih suami istri, lho. Jadi heran kan kalo diminta pisah?
Tapi, begitu media massa mengangkat realita ini ke masyarakat, wuzzzz... secepat kilat Ketua Komnas Perlindungan Anak, Kak Seto mendatangi Syekh Puji dan menasihati agar nggak menikahi gadis yang masih tergolong anak-anak. Lebay deh!
Malahan, kalo ngulik Undang-Undang Perkawinan no. 1 tahun 1974, eits, ternyata apa yang udah dilakuin Syekh Puji dan Ulfa udah melanggar pasal 7 ayat 1 yang isinya: “ (1). Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Wah.. kok jadi ribet gini ya? Padahal Ulfa sendiri nggak ngerasa keberatan dan nggak terpaksa saat dipinang oleh Syekh Puji trus kemudian menikah. Malah di kampung-kampung juga banyak tuh belum lulus SD aja udah pada nikah yang ceweknya. So, udah baligh kenapa dilarang? Lagian Ulfa dan Syekh Puji yang bahagia kenapa kita yang sewot? Nah lo! Hingga pada saat Ulfa akhirnya diputuskan harus dititipkan kepada orangtuanya berhubung belum cukup umur (nunggu empat taon lagi nih..), Ulfa jadi sedih deh karena nggak serumah lagi ama Syekh Puji dan ia meneteskan air mata... ihikz.. ihikz (Kompas.com/10/11/08). So sad.
Salahkah nikah dini?
Ngomongin fakta nih, Dab! Ulfa tuh udah baligh karena udah dapet haid pada usia 10 tahun. Dalam usianya yang sekarang 12 tahun pastinya akalnya udah mateng tuh (mangga kali mateng di pohon!). Saat dipinang oleh Syekh Puji hingga akhirnya menikah pun, Ulfa tidak keberatan apalagi merasa dipaksa. Bahkan pernikahan mereka direstui oleh orang tua Ulfa, terutama ayah Ulfa. Walaupun nikah sirri (nikahnya nggak tercatat di Kantor Urusan Agama alias KUA) tapi dinikahkan oleh walinya yang sah lengkap dengan saksi plus ijab kabul tentunya. Syekh Puji pun siap menafkahi Ulfa bahkan mengkader Ulfa untuk menjadi General Manager pada PT Sinar Lendoh Terang miliknya dan memanggil guru ke rumah buat ngedidik Ulfa. So what’s the problem? Kenapa Komnas Perlindungan Anak yang malah ribut? Atau para pejuang gender bak orang kebakaran bulu idung? Ada-ada aja ah! Atau masyarakat umum ikut-ikutan protes dalam ketidaktahuan masalahnya? Nah, yang jsutru bermasalah adalah mereka yang protes tentang “duetnya” Syekh Puji-Ulfa tuh!
Memang, pernikahan dini masih begitu dini dalam pandangan masyarakat tuh, Sis en Bro! Usia 12 tahun masih dianggap kecil untuk begitu-begini. Padahal usia segitu dah berani lirik-lirikan ama yang keren-keren, yang cantik-cantik, yang kiyut-kiyut terus nyanyi’in lagu-lagu lope-lope juga mantengin segambreng sinetron yang nyodorin indahnya hubungan lawan jenis a.k.a pacaran. Ya, pacaran deh... Trus, usia 12 kan biasanya-walaupun terjadi sindrom transisi udah remaja belum sih? Yang cowok udah mulai ihtilam (mimpi basah) sedangkan yang cewek bahkan udah datang masa haidnya. Di dalam Islam, bila udah ngalamin hal-hal yang kayak begitu sebenernya udah menjadi mukallaf alias wajib ngejalanin apa yang diperintahin ama Allah Swt. en RasulNya.
Nah, sebenernya Islam malah mendukung tuh menikah dalam usia belia! Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu hendaknya kawin, sebab kawin itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kemaluan. Kalau belum mampu, hendaknya berpuasa sebab puasa akan menjadi perisai bagimu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Pengertian pemuda di sini sebenernya adalah orang yang udah mencapai usia baligh walaupun belum mencapai usia dewasa (dalam pengertian umumnya orang sekarang). Tapi kalo udah baligh ya sebenarnya udah dewasa.
Tapi realitanya anak gadis usia 12 tahun nggak lumrah buat nikah. Karena dianggap masih ingusan, anak kecil, kudu sekolah dulu dan pemikirannya pun belum dewasa. Jadi?
Realita sih memang berkata kayak gitu, tapi kedewasaan sebenarnya bisa dibangun dalam diri kita sejak dini. Islam telah mengajarkan pendewasaan diri loh sebenarnya. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Perintahkan anak-anakmu shalat saat berusia tujuh tahun, dan pukullah (karena meninggalkan shalat) saat berusia sepuluh tahun” (HR. Ahmad dalam Musnadnya)
Dewasa dalam arti berani bertanggung jawab akan segala perbuatan plus konsekuensinya juga ngejadiin Islam as the way of life. Jadi, kalo masih mangkir shalat fardhu, sampe nunda-nunda mandi wajib padahal haidnya udah kelar, nilep uang SPP, disuruh bantu ortu suka males, ya bisa dipikir deh apa ngelakuin hal yang kayak gitu tuh udah dewasa?
So, kalo ada yang bilang, usia 12 tuh masih kecil, belum waktunya merit—apalagi merit kan banyak tanggung jawab yang dihadapi, nanti masa kecil kurang bahagia bla.. bla.. bla.. kayaknya kudu belajar ama Aisyah ra. deh. Bener. Sumpah deh!
Aisyah ra. adalah shahabiyah sekaligus istri Rasulullah saw. yang dinikahi dalam usia begitu belia. Diriwayatkan dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, ia menikah di Mekah saat berusia 7 tahun. Tapi... (huss.. jangan ribut dulu dong!) ia digauli oleh Rasulullah saw. ketika berusia sembilan atau sepuluh tahun. Apakah Aisyah tertekan? Apakah Aisyah jadi nggak smart gara-gara nggak sekolah akibat nikah dini? Aisyah fine-fine aja tuh apalagi justru ia pun menjadi shahabiyah yang smart dan menjadi rujukan segala persoalan muslimah saat itu. Bahkan, ia pun menjadi salah satu perawi hadist yang terpercaya. Keren kan?
Ngulik aturan pernikahan dalam Islam, sebenernya perempuan yang boleh dinikahi tuh perempuan yang bukan tergolong muharammah (haram dinikahi). Apakah perempuan yang usianya di bawah 16 tahun terus termasuk haram? Nggak banget tuh!
Peran ayah pun nggak ketinggalan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pernikahan anak gadisnya. Ia di sini memiliki hak untuk menikahkan anaknya dengan pria yang meminang anaknya itu. Maka, tanpa adanya restu dari ayah apalagi sampai nggak menjadikah ayah sebagai wali nikah tanpa persetujuan beliau, akad nikah pun tidak sah.
Tapi, sebenernya restu dari ayah pun nggak klop kalo ternyata si gadis yang dinikahkan nggak setuju bin ogah dinikahkan dengan pria yang meminang dia.
Aisyah ra. meriwayatkan “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah wanita ditanyai?” Ia menjawab, “Ya”. Aku berkata, “Sesungguhnya anak gadis itu dapat saja ditanyai. Lalu ia akan menampakkan rasa malunya, lalu diam.” Beliau bersabda, “Diamnya gadis itu adalah ijinnya.” (HR. Bukhari dan Imam Muslim)
Terus, kalo seorang gadis belum baligh dan akalnya dikata belum matang maka ia terkena wilayah ijbariyyah (ditentukan siapa yang akan menikahi gadis yang belum baligh). So, bapak, kakek, dan kerabat dekat serta qadhi (bila sudah tak ada kerabat) berhak menentukan siapa yang menikahi gadis yang belum baligh itu (Fikih Anak; Bab Pernikahan Anak Kecil,Talaknya, Kesaksiannya dan Kewaliannya, karya Prof.Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo).
So, sebenernya pernikahan dini di dalam Islam bukanlah aib dan bukan pula big problem. Apalagi nih kalo si anak gadis memang udah siap lahir dan batin juga punya ilmu dalam mengarungi rumah tangga. Tapi masalah kayak gini ternyata masih sulit dipikirkan oleh negara juga masyarakat berhubung sistem pendidikan juga sistem yang ngatur hidup tuh nggak Islami dan nggak mendukung untuk menuju dewasa ya nggak terlalu salah kalo akhirnya nggak terjadi pendewasaan diri. Catet, Non!
Jadikan Islam sebagai aturan
Di saat hukum yang dipanuti bukan lagi al-Quran dan as-Sunnah, tatanan kehidupan bernegara serta bermasyarakat pastinya ya udah nggak islami lagi. Bentroknya pun walhasil yang halal jadi nggak boleh eh yang haram malah dianggap asyik. Gimana tuh ya? (coba, berapa banyak sih yang teriak-teriak untuk protes terhadap pelacuran ABG yang lagi marak? Yang nikah dini malah diprotes, herman, eh, heran deh!)
Kalo akal nggak dilandasi iman pastinya akal pun digunakan sekehendak hati. Kalo perintah ilahi dianggap nggak sesuai akal eh malah dianggap perintah yang aneh. Nah, begitu tau kalo dalam syariat Islam ternyata pernikahan Syekh Puji dan Ulfa sah-sah aja malah dibilang pelecehan dan pencabulan anak. Bahkan sampe ke arah penganiayaan, karena udah menikahi seorang anak gadis yang dikata efeknya bakal merusak masa depan si anak. Wadowwh... komentarnya kok nggak mutu!
Anehnya, hal-hal yang memicu pelecehan seksual bahkan sampai tindak perkosaan hingga pelacuran pada anak-anak dan ABG kian marak justru gak dicegah dan ditindaklanjuti dengan serius. Padahal justru mereka yang sebenarnya memiliki masa depan suram dan harus segera diselamatkan. Tul nggak?
Dan Rasulullah saw. pun bersabda (yang artinya): “Para sahabat berkata, Wahai Rasulullah, apakah jika salah seorang di antara kami mengikuti syahwatnya adakah ia mendapat pahala karenanya?” Rasulullah saw. bersabda, “Tahukah kalian jika seseorang menumpahkan syahwatnya pada yang haram, tidakkah ia berdosa? Maka demikian pula apabila ia menempatkan syahwatnya pada yang halal adalah pahala baginya” (HR Muslim)
Beruntunglah deh Ulfa karena ia dinikahi secara sah, gak dilecehkan, dilacurkan apalagi diperkosa. Na’udzubillah min dzalik.
Memang sih nikah itu bukan perkara gampang, harus dipertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan berumah-tangga. Tapi, juga bukan berarti kita harus melarang orang yang memang udah siap lahir batin meskipun di usia muda. Kalo sampe ngelarang-larang, itu namanya cemburu tanda tak mampu. Wong, Ulfa adem-ayem aja kok. Kita aja yang ribut nggak karuan. Kayak orang lain yang makan, kok kita yang kenyang?
So guys, sebenernya “balada” Syekh Puji dan Ulfa jadi ngingetin diri ini untuk ngaca, udah dewasa ato belum? Apa berani bertanggung jawab dalam ngejalanin hidup plus nerima konsekuensinya di akhirat nanti? Karena dewasa berarti berani bertanggung jawab dalam berbuat dan keukeuh ngejadiin Islam sebagai panduan hidup. Gicu! [anindita: coffee.prince70@yahoo.co.id]/ dudung.net
Tidak ada komentar untuk "Balada Syekh Puji dan Ulfa"